MADURATANI, SUMENEP- MP3MI (Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi) adalah salah satu program unggulan Badan Litbang Pertanian. Program itu merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat perdesaan yang komperhensip dari aspek usahatani, dan multi-channel (saluran) dari segi penyebar luasan/diseminasi teknologi. Harapannya, seluruh inovasi teknologi pertanian yang dikenalkan dapat didistribusikan secara cepat dan segera dapat menumbuhkan usaha secara nyata.
Adalah masyarakat Desa Bunbarat, Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, yang menyambutnya dengan penuh antusias. Pemeran utamanya adalah Gapoktan setempat, Prima Karya. Uniknya, mereka setia dan memanfaatkan fasilitas dari program Badan Litbang Pertanian di masa lalu, yaitu Klinik Agribisnis. Klinik ini beroperasi secara swadaya, dan difungsikan sebagai pusat informasi dan konsultasi pertanian masyarakat sekitarnya, dilengkapi kios saprodi, kebutuhan rumah tangga dan display produk pertanian lokal.
Berbagai usaha pun terus bertumbuhan. Di bawah bimbingan BPTP Jatim, Gapoktan Prima Karya mengembangkan bisnis benih varietas unggul bawang merah Rubaru, yang dilepas berdasarkan Kepmentan nomor 2525/kpts/SR.120/5/2011, tanggal 20 Mei 2011. Varietas Rubaru, selain untuk bumbu masak, terkenal sebagai bahan baku bawang goreng terbaik. Dalam waktu kurang dari dua tahun, benih yang dihasilkan sampai Agustus 2012, telah mencapai 10,5 ton dan tersebar di 13 kecamatan Kabupaten Sumenep.
Bukan masyarakat Madura kalau lepas perhatiannya kepada sapi. Gapoktan Prima Karya dari Kabupaten “Karapan Sapi” itu berhasil mengangkat harkat produk tradisional (jamu ternak) menjadi bisnis sejak 2009. Setelah disempurnakan formula, kemasan dan ijin legalnya, mereka berhasil melempar produknya itu sampai ke luar pulau Madura pada akhir 2010. Jamu ternak yang diberi merek “Prima Rasa” itu, sampai dengan saat ini sudah terjual 4.800 liter dengan harga Rp 10.000/liter.
Belakangan mereka juga tengah melirik bisnis baru, yaitu produksi benih bibit mangga dan sayur yang sesuai untuk iklim setempat. Untuk itu telah dibangun sebuah KBD (Kebun Bibit Desa), di atas lahan 6 m x 10 m, milik Pesantren Darussalam. KBD dilengkapi pula dengan kolam ikan untuk sarana belajar bagi pengembangan usaha baru berikutnya. Untuk meningkatkan keterampilan dalam perbanyakan bibit mangga, BPTP Jatim telah melatih mereka dengan teknologi sambung dini pada mangga.
Melihat keberhasilan itu, Diperta Kab. Sumenep merencanakan akan melakukan replikasi M-P3MI di Desa Talang, Kecamatan Saronggi.
Menurut seorang putra daerah setempat, sekaligus peneliti BPTP Jatim dan penanggung jawab MP3MI di Desa Bunbarat itu, Ir. Zainal Arifin, MS., program MP3MI BPTP Jatim untuk tahun ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di Desa Tawang Argo, Kec. Karangploso, Kab. Malang dan Desa Bunbarat, Kec. Rubaru, Kab. Sumenep. Setelah sukses di Sumenep dan Malang, BPTP Jatim akan mereplikasi program yang sama di Trenggalek pada 2013.
Dijelaskan oleh Arifin, tidak semua usaha yang dirintis di Sumenep itu dapat berjalan seperti yang diharapkan. BPTP Jatim sudah pernah melatih para ibu-ibu KWT (kelompok wanita tani) setempat untuk membuat berbagai produk olahan berbahan baku lokal. Meski permintaan cukup banyak, tetapi kontinuitas ketersediaan bahan baku masih menjadi kendala. Oleh karena itu, produk itu hanya dihasilkan saat musim tertentu sesuai dengan komoditasnya.
Kunci sukses MP3MI di Desa Bunbarat ini, masih menurut Arifin, salah satunya karena dia menggunakan pendekatan budaya, yaitu melibatkan kyai setempat. Peran kyai terutama di wilayah Madura pada umumnya, masih sangat penting. Mereka menjadi panutan dan ditaati fatwanya, imbuhnya.
Usut punya usut, selain putra daerah setempat, Arifin juga dikenal sebagai seorang kyai.
Ah, pak kyai, bilang dong dari tadi. (Je)
Sumber: jatim.litbang.deptan.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar