Catatan M.Faizi Guluk-Guluk, Sumenep.
Kemarin (?); kemarin dari kapan(?), jam 6.25, aku tiba di Terminal Purabaya (nama ini kalah populer sama nama desanya, “Bungur Asih”, sebagaimana terminal lama [Joyoboyo] juga kalah masyhur sama “Wonokromo”). Beberapa kawan sudah menunggu di sana. Cak Awan, si seksi sibuk, dan beberapa kawan yang lain belum datang. Kontak sana-sini, akhirnya, kami berkumpul di luar terminal. Lalu, bersama-sama naik bis BL (Cahaya Mandiri) menuju Ngalam.
Inilah pengalaman pertamaku naik bis bersama penumpang yang seluruhnya sama-sama gemar sama bis. Di dalamnya, kami bercanda, olok-olokan, bersenda gurau, tetapi tetap pada “batasan dan rumusan masalah” bis. Jika berpapasan dengan bis baru, semua melongok dan berkomentar. Di tengah perjalanan melewati Gempol, seorang kawan berteriak, “Rekan-rekan, lihat kanan depan”. Kontan beberapa kawan berdiri, sebagian melongok, “Restu Panda, Adiputro, baru keluar dari karoseri!”. Atau, “Nah, yang depan itu, Handoyo, karoseri Rahayu Santosa!” Begitulah celetuk-celetuk yang muncul setiap kami bertemu dengan bis yang menggugah selera.
Tiba di Waloh (Randu Agung), kami ngumpul. Rombongan dari Jakarta (dengan Blue Star bersasis Mercy 1525) dan Romobngan Jogja (denagn Gege bermesin MB 1521) sudah menunggu. Rombngan semarang masih dalam perjalanan! Restoran besar itu mendadak mirip pasar tumpah. Rowwaame!
Setengah jam kemudian, pukul 8.45, kami bergerak menuju HAI-Rimba Kencana, sebuah manufaktur pembuatan jok dan aksesori bis (Pabrik yang diawal-awal berdirinya [1985] mengerjakan segala jok untuk station wagon seperti Carry, dll ini, sejak 1988 mulai mengerjakan reclining seat untuk bis. Sampai sekarang, RK telah memproduksi 48 jenis kursi.
Setengah jam kemudian, pukul 8.45, kami bergerak menuju HAI-Rimba Kencana, sebuah manufaktur pembuatan jok dan aksesori bis (Pabrik yang diawal-awal berdirinya [1985] mengerjakan segala jok untuk station wagon seperti Carry, dll ini, sejak 1988 mulai mengerjakan reclining seat untuk bis. Sampai sekarang, RK telah memproduksi 48 jenis kursi.
Sekitar 1,5 jam mendapatkan sambutan yang hangat dari pihak RK, akhirnya rombongan bergerak menuju Restoran Simpang Raya (Singosari) untuk sholat jumat dan makan siang. Nah, di sini, tambah rame karena rombongan Semarang dengan bis Sumber Alam telah tiba. Ternyata mereka telat karena bisnya dibuat ngelen dulu sebelum berangkat. Aku tolah-toleh, sambil bertnaya-tanya dalam hati, “Orang-orang ini pada mau ngapaian, ya? Datang jauh-jauh hanya mau lihat pabrik karoseri? Aneh!” Ada Pak Iie Harfam namanya. Dia dari Padang , Sumatera Barat, datang ke acara cara ini hanya untuk keinginan yang aneh itu. Waduh! Tapi, kalau dipikir, ya, aku datang ke acara ini memang buat apa? (antara lain bahan nulis di bloNG, doG!)
Jam 13.30, sesuai jadwal, kami tiba di Adiputro yang terletak di Bale Arjosari (Kec.Blimbing), persis di perbatasan Kota Malang-Kab.Malang. Begitu masuk gerbang, semua penumpang bis yang kutumpangi langsung berdiri, melongok, melihat bis-bis anyar diparkir. Kami berhambur turun dan langsugn menuju TKP; ambil kamera dan jepret-pret-pret. Salah satu bis yang mencuri perhatian adalah bis Partai Demokrat tunggangan Pak SBY. Bis bermesin 1525 ini menggunakan konsep RV (recreational vehicle), seperti bis Omah Mlaku.
(ini nih, Scania Irizar, 9000 cc)
(Ini eb-bis-nya Pak SBY)
(di dalam bis, bukan di hotel)
(areal parkir Adi Putro)
(Ini eb-bis-nya Pak SBY)
(di dalam bis, bukan di hotel)
(areal parkir Adi Putro)
Di Adiputro, kami berdiskusi kurang lebih 45 menit. Baru setlah itu, kami lihat-lihat pabrik; mulai dari pengepresan, perakitan, pengecatan, hingga bis yang sudah “jadi”. Salah satu yang jadi perhatian di dalam pabrik itu adalah perbaikan bis built-up Scania Irizar milik PO Nusantara. Bis ini dimodifikasi karena harus menyesuaikan dengan aturan Dep.Hub, antara lain pintu penumpang dipindah ke kiri (semula di kanan). Habis jalan-jalan keliling pabrik sampe kaki pegel-pegel, kami duduk manis kembali untuk tukar pendapat.
Pokoknya, acara ini ini seru dan mantab (pake telor)!Pukul 16.40, acara selesai. Sisa waktu digunakan buat foto-foto. Duapuluh menit kemudian, empat bis yang mengangkut bismaniawan dan bismaniatun bergerak meninggalkan PT Adiputro Wirasedjati yang penuh kenangan menuju RM Waloh kembali. Di sana kami sholat Maghrib, istirahat sejak, ngopi-ngopi, dan…berpisah!
Dalam perjalan pulang yang rasanya tidak melelahkan itu, di dalam pikiranku mengambang sebuah khayalan. Eh, bukan, bukan khayalan, tetapi doa: “Ya Allah! Semoga kelak aku bisa naik haji. Dan semoga pula, pergi atau pulangnya, ditempuh lewat jalur darat: naik bis!”
(tambahan: tanbihun! Gak ada hubungannya dengan kopi darat Bismanaia, cuma mau numpang nampang pengen rasanya pegang stir Hino,,,)
Sumber:kormeddal.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar