MADURATANI, SUMENEP
Makin menipisnya ketersediaan unsur hara pada lahan
pertanian yang berimplikasi pada menurunnya tingkat
kesuburan tanah, mendapat perhatian serius dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DISPERTA) Sumenep.Ir.Bambang Heriyanto,M.Si.selaku Kadisperta setempat mengajak seluruh lapisan masyarakat petani agar meningkatkan kesadaran bersama untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah saat ini, yang salah satunya dengan cara memberikan pupuk kandang atau kompos pada tanaman.
"Termasuk juga dengan tidak bergantung pada penggunaan pupuk kimiawi secara berlebihan",terangnya pada wartawan Maduratani.
Disperta juga menjelaskan, penyelamatan lahan pertanian dari keterjalan dengan mengembalikan tingkat kegemburan tanah
itu, dinilai sebuah keniscayaan, demi masa depan kaum tani yang lebih baik.
"Demi mengantisipasi terjadinya krisis pangan yang disebabkan oleh penggunaan pupuk kimiawi secara terus menerus. Ini tidak baik dan harus dihindarkan oleh petani kita di Sumenep", himbaunya.
Hilangnya unsur hara dan rendahnya tingkat kesuburan pada tanah pertanian saat sekarang, di sebabkan oleh pemakaian pupuk berbahan kimia secara berlebihan, akibatnya lahan pertanian menjadi terjal dan propduksi pertanian menurun. penggunaan pupuk yang ideal terhadap tanaman, berkisar antara 2 sampai 3 kwintal perhektar, sedangkan untuk kebutuhan tanaman jagung di butuhkan 2 kwintal saja dalam perhektarnya.
“ Sangat tidak baik,
penggunaan pupuk berbahan kimia secara berlebihan, karena akan menghilangkan kesuburan tanah dan merusak
terhadap lahan pertanian”, ujarnya.
Ditambahkan Bambang, penggunaan pupuk non organik dewasa ini masih terbilang masih cukup digandrungi petani Sumenep. Akibatnya, unsur hara dan tingkat kegemburan tanah semakin menipis.
Untuk menyelamatkan lahan pertanian masyarakat dari keterjalan,para petani di minta memakai pupuk non organik secara wajar, dan sebaiknya memperbanyak penggunaan pupuk organik atau bokashi.
“ Kalau tidak ada kesadaran dari para petani untuk
mengembalikan tingkat kesuburan lahan
pertanian yang ada, maka lahan kita nantinya akan rusak dan tidak akan bisa berproduksi. Jika ini ini terjadi, maka krisis pangan bisa mengancam petani kita di Sumenep", pungkasnya. ( din/fer )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar