Hati-Hati ada Oknum yang mengatasnamakan Wartawan/Marekting/dll atas nama Maduraexpose.com. Kirim Saran dan Berita Anda melalui email maduraexposenews@gmail.com dan SMS Center 081934960999

Kamis, 13 Desember 2012

Bibit Lokal Madura Nyaris Terabaikan


MADURATANI, SUMENEP

Merambahnya bibit hibrida yang masuk ke pulau Madura membuat petani Madura resah, karena dinilai dapat menghilangkan bibit lokal yang menjadi citra petani Madura.
Hariyanto seorang petani asal Kecamatan Ganding, mengatakan sangat tidak suka dengan masuknya bibit hibrida, karena dinilai hanya menjadi polemic terhadap bibit lokal sehingga tidak sesuai lagi dengan karakter petani madura.

“Saya kurang setuju dengan adanya bibit hibrida yang telah masuk dikawasan pualu madura, karena dapat menghilangkan kualitas bibit lokal yang menjadi citra petani madura, karena bibit lokal jika perawatannya maksimal lebih bagus kualitasnya ketimbang bibit hibrida”. Ujarnya
Kekecewaan ini bukan hanya dirasakan oleh petani, hal ini juga dirasakan oleh fahrul yang tergabung dalam Forum Pengamat Petani Sumenep (FP2S), mengatakan, dengan banyaknya bibit hibrida yang masuk di pulau Madura dengan tujuan yang masih patut dipertanyakan.
“Diera sekarang terlalu banyak bibit hibrida yang masuk ke Madura, yang tujuannya masih tidak mempunyai titik temu dengan petani Madura, apakah masuknya bibit hibrida ini hanya untuk mengambil keuntungan saja? Atau sebagai  ” ujarnya Fahrul seorang pngamat petani di kabupaten sumenep. (Rabu 12/12)
Disamping itu pula hariyanto membandingkan jarak waktu panen bibit lokal dan bibit non lokal, selisih dari paninnya lebih jauh, itupun perawatannya lebih sulit dibandingkan bibit lokal.
“Bibit lokal bagi petani itu lebih cocok, karena masa panennya lebih sangkat hanya membutuhkan waktu tiga bulan bahkan tidak sampai, sedangkan bibit hibrida membutuhkan waktu kurang lebih empat bulan. Itupun perawatannya lebih mudah bibit lokal”. Tuturnya saatditemui Maduratani rabu 12/12
Sedangkan Bapak Zulkarnain selaku petugas dibidang pertanian yang bertugas di Kecamatan Pragaan, menilai sama saja diantra bibit hibrida dengan bibit lokal, yang penting bisa membuat petani menjadi makmur kedepannya.
“bagi saya tidak masalah adanya bibit hibrida ini mas, yang penting dapat mensejahterakan petani. Katanya.
Berbeda dengan Andi Taupan, SP yang menjabat sebagai PPL WIBI UPT Pertanian Kecamatan Ganding, mengatakan ketika dikomfirmasi melalui pesan singkat (SMS) oleh Maduratani mengatkan pulau Madura menrupakan salah satu pulau yang seringkali terjajah oleh para industri-industri yang hanya bertujuan untuk mengambil keuntungan saja, termasuk didalamnya masuknya berbagai macam bibit hibrida yang disodorkan kepada petani.
“Pualu Madura bisa dikatakan pualau jajahan, karena masyarakta pulau Madura tidak cerdas dalam menyiasati berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, hanya melihat hasil sesaat saja”. Ujarnya Andi Taupan SP.
Andi juga menyinggung minimnya SDM yang dimiliki oleh petani di pualau Madura ini masih dibawah rata-rata dan mudah terbawa arus modernisasi yang kadang kebablasan.
Fenomena ini juga mendapat sorotan dari Zainuri, MP, Fungsionaris Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep. Pihaknya mempertanyakan keseriusan dinas terkait mengenai kesanggupannya dalam membina masa depan petani Madura secara berkesinambungan.
“Saya rasa keseriusan dinas terkait perlu ditingkatkan dalam pembinaannya terhadap kaum petani kita di Madura. Kalau harapan kita terakomodir dengan baik oleh para pemegang kebijakan, saya yakin beberadaan bibit lokal pasti lebih bagus”, ujarnya. (jun/fer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MADURA TANI POPULER