MADURATANI, SUMENEP
Merambahnya bibit hibrida yang masuk
ke pulau Madura membuat petani Madura resah, karena dinilai dapat menghilangkan
bibit lokal yang menjadi citra petani Madura.
Hariyanto seorang petani asal Kecamatan Ganding,
mengatakan sangat tidak suka dengan masuknya bibit hibrida, karena dinilai
hanya menjadi polemic terhadap bibit lokal sehingga tidak sesuai lagi dengan
karakter petani madura.
“Saya kurang setuju dengan adanya bibit
hibrida yang telah masuk dikawasan pualu madura, karena dapat menghilangkan
kualitas bibit lokal yang menjadi citra petani madura, karena bibit lokal jika
perawatannya maksimal lebih bagus kualitasnya ketimbang bibit hibrida”. Ujarnya
Kekecewaan ini bukan hanya dirasakan oleh
petani, hal ini juga dirasakan oleh fahrul yang tergabung dalam Forum Pengamat
Petani Sumenep (FP2S), mengatakan, dengan banyaknya bibit hibrida yang masuk di
pulau Madura dengan tujuan yang masih patut dipertanyakan.
“Diera sekarang terlalu banyak bibit
hibrida yang masuk ke Madura, yang tujuannya masih tidak mempunyai titik temu
dengan petani Madura, apakah masuknya bibit hibrida ini hanya untuk mengambil
keuntungan saja? Atau sebagai ” ujarnya
Fahrul seorang pngamat petani di kabupaten sumenep. (Rabu 12/12)
Disamping itu pula hariyanto membandingkan
jarak waktu panen bibit lokal dan bibit non lokal, selisih dari paninnya lebih
jauh, itupun perawatannya lebih sulit dibandingkan bibit lokal.
“Bibit lokal bagi petani itu lebih cocok,
karena masa panennya lebih sangkat hanya membutuhkan waktu tiga bulan bahkan
tidak sampai, sedangkan bibit hibrida membutuhkan waktu kurang lebih empat
bulan. Itupun perawatannya lebih mudah bibit lokal”. Tuturnya saatditemui
Maduratani rabu 12/12
Sedangkan Bapak Zulkarnain selaku petugas
dibidang pertanian yang bertugas di Kecamatan Pragaan, menilai sama saja
diantra bibit hibrida dengan bibit lokal, yang penting bisa membuat petani
menjadi makmur kedepannya.
“bagi saya tidak masalah adanya bibit
hibrida ini mas, yang penting dapat mensejahterakan petani. Katanya.
Berbeda dengan Andi Taupan, SP yang
menjabat sebagai PPL WIBI UPT Pertanian Kecamatan Ganding, mengatakan ketika
dikomfirmasi melalui pesan singkat (SMS) oleh Maduratani mengatkan pulau Madura
menrupakan salah satu pulau yang seringkali terjajah oleh para industri-industri
yang hanya bertujuan untuk mengambil keuntungan saja, termasuk didalamnya
masuknya berbagai macam bibit hibrida yang disodorkan kepada petani.
“Pualu Madura bisa dikatakan pualau
jajahan, karena masyarakta pulau Madura tidak cerdas dalam menyiasati berbagai
persoalan yang terjadi di masyarakat, hanya melihat hasil sesaat saja”. Ujarnya
Andi Taupan SP.
Andi juga menyinggung minimnya SDM yang
dimiliki oleh petani di pualau Madura ini masih dibawah rata-rata dan mudah terbawa arus modernisasi yang
kadang kebablasan.
Fenomena ini juga mendapat sorotan dari Zainuri, MP, Fungsionaris
Peguyuban
Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep. Pihaknya mempertanyakan keseriusan dinas terkait mengenai kesanggupannya dalam
membina masa depan petani Madura secara berkesinambungan.
“Saya rasa keseriusan dinas terkait perlu ditingkatkan
dalam pembinaannya terhadap kaum petani kita di Madura. Kalau harapan kita
terakomodir dengan baik oleh para pemegang kebijakan, saya yakin beberadaan
bibit lokal pasti lebih bagus”, ujarnya. (jun/fer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar