MADURATANI.COM, SUMENEP| Terbatasnya kader Demokrat yang hanya berjumlah
dua kursi di DPRD Sumenep, membuat Jony Tunaidi, Ketua DPC Demokrat setempat
mengaku tertantang untuk tetap serius membela aspirasi kaum cilik. Bahkan dalam
beberapa bulan terakhir ini, pihaknya secara tegas meminta dua orang kadernya
yang menjabat sebagai anggota dewan, agar meningkatkan pengabdiannya terhadap
masyarakat.
“Saya menekankan kepada dua kader Demokrat yang
saat ini menjabat sebagai anggota dewan, agar terus meningkatkan kinerjanya
dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Memang PAD kabupaten Sumenep
terbilang kecil. Kami harapkan, kader Demokrat di DPRD Sumenep jangan hanya bergantung pada daerah, setidaknya membuka kerjasama dengan pihak Provinsi”, kata Jony Tunaidi, Ketua DPC Demokrat Sumenep
dikantornya, Jum’at (8/3) lalu.
Untuk mengetahui secara langsung kebutuhan
masyarakat bawah, pihaknya bersama pengurus harian PD sengaja blusukan ke
desa-desa, melihat langsung persoalan yang tengah dihadapi masyarakat seperti
yang terjadi di dua desa di Kecamatan Batu Putih, yakni di Desa Juruan Laok
yang belum teraliri listrik dan desa Badung yang belum terbebas dari krisis air
bersih.
“Terkait masalah krisis air dan kebutuhan listrik
di Desa Juruan Laok dan Badung ini, sudah kami komunikasikan dengan pihak
provinsi. Insya Allah dalam waktu dekat ini akan segera terwujud”, imbuhnya.
Kebutuhan listrik dan air bersih di dua desa di
Kecamatan Batu Putih itu, diakui Joni, merupakan persoalan mendasar yang perlu
diperjuangkan bersama.
Untuk itu, melalui kadernya di DPRD Sumenep, dirinya
menekankan untuk tidak sekedar berpangku tangan dengan alas an karena PAD
Kabupaten Sumenep yang dinilai terlalu kecil untuk mengakomodir kepentingan
masyarakat.
“Banyak cara dalam memperjuangkan aspirasi
masyarakat. Jika memang daerah tak bisa berbuat banyak, maka tak ada salahnya
melalui lobi-lobi kepihak Provinsi Jawa Timur”, tandasnya.
Khusus persoalan kebutuhan air bersih di Desa
Badung, Kecamatan Batu Putih, terang Joni, sebenarnya sangat mungkin dilakukan
solusi, mengingat desa tersebut sangat kaya dengan sumber mata air.
“Malah ada satu sumber mata air yang per detiknya
itu menghasilkan 20 liter permenit . Karena tak difungsikan, airnya terbuang
percuma ke tengah laut. Kenapa tidak ini dimaksimalkan dan jangan hanya
mengandalkan bantuan PDAM tiap tahunnya”, paparnya member solusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar