Hati-Hati ada Oknum yang mengatasnamakan Wartawan/Marekting/dll atas nama Maduraexpose.com. Kirim Saran dan Berita Anda melalui email maduraexposenews@gmail.com dan SMS Center 081934960999

Minggu, 17 Maret 2013

Kisah dekatnya Soeharto dan anak-anak Indonesia

Soeharto selalu meluangkan waktunya untuk membaca atau mendengarkan para pembantunya membacakan surat-surat yang dikirimkan anak-anak dari seluruh Indonesia kepadanya. Soeharto sangat terhibur dengan kehadiran surat-surat itu.

Menggunakan bahasa yang polos dan sederhana, Soeharto bahkan seperti
teringat pada masa kecilnya. Masa kecil di mana dirinya hanya seorang anak petani miskin yang hanya berharap bisa menjadi orang di negara yang dia cintai, Indonesia.

"Lucu-lucu. Segar-segar. Ada yang menanyakan mengapa harga buku sejenis 'lima sekawan' (buku cerita anak-anak yang populer di tahun 80-an) cepat naik, padahal mereka sangat membutuhkan buku-buku itu," cerita Soeharto seperti dituturkannya di buku Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya yang tuliskan kembali oleh G.Dwipayana.

Soeharto juga sering geli sendiri membaca pertanyaan yang anak-anak itu ajukan. Salah satunya seperti surat yang dia terima dari seorang anak asal Kabupaten Deli Serdang.

"Sebenarnya saya sudah lama sekali ingin mengirim surat kepada Bapak, tetapi saya tidak tahu alamat Bapak yang jelas. Dan saya takut kalau-kalau surat ini nyasar ke tangan polisi dan kemudian saya dipanggil. Saya kagum sekali melihat Bapak sebagai Kepala Negara. Mengapa Bapak bisa menjadi Presiden?" kata Soeharto menceritakan kembali isi surat itu.

"Apakah rakyat biasa seperti saya ini bisa menjadi Presiden?" tanya anak itu lagi pada Soeharto.

Untuk pertanyaan bagian terakhir itu, Soeharto jadi terharu. Dengan segera dia memerintahkan anak buahnya menjawab surat itu.

"Saya pada waktu kecil tentunya tidak terlepas dari lingkungan. Sebagaimana kamu ketahui, saya ini anak petani. Jadi, saya tidak punya cita-cita jadi Presiden. Dan waktu itu belum tahu Presiden itu apa," tulis Soeharto dalam surat balasannya.

Soeharto juga memberikan jawabannya atas pertanyaan bocah itu yang ingin jadi presiden. "Bisa saja, buktinya saya sendiri. Saya ini juga anak orang kecil. Kalau mempunyai cita-cita harus belajar dengan tekun dan membantu orang tua serta. Tapi jangan lupa semua itu ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa," pesan Soeharto di akhir surat balasannya.

Sebagai kenang-kenangan, Soeharto menyelipkan selembar fotonya dan ibu Tien. Itu bukan pemberian khusus, melainkan Soeharto selalu melakukan hal yang sama untuk anak-anak yang berkirim surat.

Soeharto merasa seperti mempunyai banyak sahabat pena. "Masa kanak-kanak memang masa penuh kegembiraan," ucap Soeharto setiap melihat ekspresi anak-anak Indonesia.

Soeharto juga sedikit menceritakan bagaimana dirinya yang berlatar belakang militer mendidik anak-anaknya. Selain soal Agama, Soeharto juga memberikan putra-putrinya buku panduan hidup yang berjudul 'Butir-butir budaya Jawa, Hanggayuh Kasampurnaning Hurip, Berbudi bawa leksana, ngudi sajatining becik.'

"Buku ini saya berikan kepada anak-anak saya sebagai pegangan hidup," kata Soeharto.

Sebagai bentuk kedekatannya dengan anak-anak Indonesia, Soeharto membuat buku yang berjudul Anak Indonesia dan Pak Harto. Di buku itu, kedekatan sangat terasa meski Soeharto seorang kepala negara. Di buku itu pula, anak-anak itu memanggil Soeharto dengan sebutan Eyang, Pakde, dan kakek.[lia/merdeka.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MADURA TANI POPULER