TEMPO/Budi Purwanto |
MADURATANI- Asosiasi Pedagang Daging Indonesia mendesak
pemerintah transparan memberikan informasi ketersediaan stok daging sapi di
daerah. "Jangan hanya mengatakan bahwa stok sapi di peternak sapi ada
tetapi ternyata tidak ada," kata Wakil Ketua Bidang Penerangan Asosiasi
Pedagang Daging Asosiasi Pedagang Daging Indonesia, Asnawi saat dihubungi
Sabtu, 17 November 2012.
Keterbukaan informasi tersebut menurutnya sangat penting
demi menjaga kestabilan harga daging sapi di pasar. Sebab, kata Asnawi, kondisi
di lapang menunjukkan pasokan daging di pasar terus turun dan bahkan langka di
beberapa pasar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Ia mengatakan saat ini pedagang sapi tidak dapat memastikan
seberapa banyak daging sapi yang dapat mereka peroleh dari peternakan karena
tidak ada kejelasan mengenai jumlah pasokan sapi yang sebenarnya dan dimana
pasokan sapi itu berada. “Itu membuat harga beli daging sapi secara fluktuatif
terus melonjak dan membuat para pedagang sapi resah. Kami tidak tahu ada berapa
banyak sapi yang tersedia dan dimana pasokan itu berada” kata Asnawi.
Ketidakjelasan pasokan itu pula yang menyebabkan harga jual
daging sapi ke konsumen terus merambah naik. Dari penjelasan Asnawi, harga sapi
hidup per kilogram saat ini telah menembus angka Rp 34-35 ribu per kilo gram
dari yang semula normal sekitar Rp 26-27 ribu per kilo gram. Sedangkan harga
sapi karkas (potongan daging) saat ini, telah menembus harga Rp 68-72 ribu per
kilo gram dari harga normal Rp 54-58 ribu per kilo gram.
“Jika harga beli daging karkas terus melonjak, tentu harga
jual daging sapi ke konsumen juga harus kami naikkan agar tetap mendapatkan
untung,” kata Asnawi. Asnawi mengatakan, harga jual daging sapi kepada konsumen
saat ini telah menembus angka Rp 95-100 ribu per kilo gram.
Kenaikan harga itu, kata dia, mulai terjadi pada Ramadhan
tahun ini. Biasanya, kata dia, harga daging akan sedikit naik pada bulan puasa
dan meroket tinggi saat hari raya Idul Fitri. Harga daging sapi juga akan naik
kembali saat menjelang hari raya Idul Adha. Namun usai perayaan hari besar umat
Islam itu, harga sapi biasanya akan kembali berangsur ke titik normal.
“Tetapi ini tidak,” kata Asnawi. Menjelang hari raya Idul
Adha dan Idul Fitri, harga daging karkas menembus Rp 68 ribu per kilo gram dan
tidak turun-turun. Bahkan, lanjutnya, harga daging sapi karkas bisa naik Rp
1.000-1500 per pekan dan itu terjadi dua kali per pekan. Sementara normalnya,
harga daging hanya naik sekitar Rp 500 per pekan dan terjadi satu kali sekali
per pekan.
Ia mengatakan, kondisi tersebut tentu tidak baik bagi pasar
daging nasional. Sebab, para pedagang daging sapi kerap disalahkan konsumen
karena dikira mempermainkan harga jual daging sapi. Tak jarang pula, kata
Asnawi, para pedagang sapi kehilangan konsumen karena jumlah pembeli terus
menurun dan membuat mereka harus menjual daging tanpa mendapatkan untung atau
malah menjual rugi daging sapinya.
Rencana pemerintah untuk menambah pasokan daging sapi ke
daerah Jabodetabek juga ditanggapi dingin oleh Asnawi. Menurutnya, jumlah
tambahan pasokan daging sapi pemerintah sebesar 15 ribu ekor sapi masih kurang.
Dari perhitungannya saja, kebutuhan daging sapi di Jabodetabek mencapai 3-5
ribu ekor sapi per hari.
“Maksimal, pasokan 15 ribu ekor itu hanya cukup memenuhi
permintaan daging Jabidetabek selama 10 hari. Itu pun dengan catatan pasokan
daging ke penjual benar-benar ditekan,” kata dia. Ia mempertanyakan apakah
pemerintah mampu memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi 10 hari berikutnya.
Ia mengatakan, pedagang sapi sebenarnya mendukung program
swasembada daging sapi pemerintah dengan cara mempersempit keran impor daging
sapi dan meningkatkan produksi daging sapi lokal. Hanya saja, kata dia, dalam
melakukan pengetatan impor itu pemerintah juga harus menggunakan data
ketersediaan daging yang valid. Sehingga perkiraan ketersediaan daging sapi
nasional tidak meleset dan mengakibatkan kelangkaan daging sapi.
RAFIKA AULIA/tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar