rullmb.blogspot.com
|
Warga juga kecewa karena sebelumnya tidak ada koordinasi. “seharusnya kelompok tani koordinasi dengan warga sebelum membangun kandang didusun kami, pasalnya dampak jangka panjangnya sangat banyak bagi warga termasuk air bersih yang selama ini dikonsumsi oleh warga.” terang Budi.
Budi yang juga Kyai dan tokoh masyarakat dusun Putuk desa Besuki juga menerangkan, kemarahan warga juga dipicu sikap ketua kelompok ternak yang tidak menghiraukan tuntutan warga. Dan warga sudah bulat dan disepakati yang dituangkan dalam surat pernyataan bersama menolak dan segera memindah kandang ternak milik kelompok ternak “Tani Maju” dari dusun putuk.
Namun Ruslan selaku ketua kelompok ternak “Tani Maju” membantah kalau tidak koordinasi dan minta persetujuan dari warga Putuk. “tidak benar kalau kita tidak koordinasi dengan warga, bahkan warga Putuk juga ada yang jadi anggota. Itu pernyataan dari orang yang iri dan tidak bertanggung jawab, dan masalah ini menjadi tanggung jawab Kepala desa Besuki untuk penyelesainya” ungkap Ruslan.
Seperti yang terjadi didesa Besuki kecamatan Sambit Ponorogo, warga dusun Putuk secara keseleruhan sepakat menolak keberadaan kandang sapi milik kelompok ternak “Tani Maju” yang diketuai Ruslan. Dan dari informasi yang berkembang, dalam teknisnya pelaksanaan program bantuan dana hibah pengembangan sapi tidak sesuai dengan juklak/juknisnya.
Bahkan diduga ada rekayasa data untuk merealisasikan dana hibah senilai 250 juta tersebut.
“sebelumnya saya tidak tahu kalau termasuk anggota, saya tahu setelah didatangi ketua kelompok dan nama saya sudah didaftar lalu dimintai uang seratus ribu dengan alasan untuk biaya transportasi ketua pergi ke Bandung untuk keperluan work shop” kata salah satu anggota kelompok ternak “Tani Maju” desa Besuki kecamatan Sambit Ponorogo.(liem/ipoljatim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar