MADURATANI, KOTA BATU :
Laju
pergerakan peternakan di Indonesia dari dulu hingga sekarang sangatlah
memegang peranan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat disamping usaha
peningkatan taraf perekonomian kerakyatan. Munculnya sikap inovatif
dan solutif guna perkembangan peternakan lebih lanjut sangat dibutuhkan.
Misalnya pada peternakan kelinci, meski tak jarang muncul berbagai
permasalahan yang dihadapi peternak kelinci, mereka tidak henti-hentinya
mencoba kembangkan sayap usahanya tersebut.
Ternak
kelinci merupakan salah satu usaha ternak kecil yang relatif mudah
dilaksanakan, karena usaha tersebut tidak memerlukan banyak biaya,
tenaga dan begitu pula tidak memerlukan tempat yang begitu luas. Oleh
karena itu beternak kelinci merupakan usaha keluarga dan usaha
pekarangan yang hasilnya bisa meningkatkan mutu makanan, khususnya
protein. Salah satu usaha kreatif produktif semacam ini perlu
dikembangkan sehingga mereka biasa mendapatkan tambahan sumber protein
yang sangat bermanfaat.
Selama ini
peternakan kelinci di Indonesia masih diusahakan sebagai peternakan
keluarga yang bersifat sambilan. Sebagai alternatif, usaha peternakan
kelinci sebenarnya bisa dikembangkan dalam bentuk perusahaan peternakan.
Sasarannya produksi kelinci dapat ditingkatkan sesuai target, mutu dan
permintaan pasar yang berkembang.
Kelinci
sangat cepat berkembang biak. Pola hidupnya hampir sama dengan tikus
dalam hal melahirkan anak. Dengan pengelolaan secara intensif kelinci
dapat melahirkan 4 -6 kali setahun. Sekali melahirkan dapat
menghasilkan anak 4 -11 ekor, rata-rata 8 ekor.
Di desa
Gunungsari kecamatan Bumiaji kota Batu, terdapat potensi yang sangat
baik di sektor peternakan kelinci. Yaitu tepatnya terdapat di dusun
Prambatan. Di dusun ini terdapat peternakan kelinci yang memiliki jumlah
populasi yang cukup besar dengan manajemen yang baik. Pemeliharaan
kelinci di peternakan ini dilakukan secara intensif. Peternakan kelinci
ini adalah peternakan milik Bapak Haji Usman, dimana pengelolaan
kesehariannya telah diserahkan kepada putranya yaitu Pak Bambang Irawan.
Manajemen
pemeliharaan di peternakan ini mulai dari pemberian pakan, reproduksi,
kesehatan dan pengelolaan limbah telah dilakukan dengan baik. Namun satu
hal yang sedang akan diusahakan adalah pengolahan hasil samping kelinci
yaitu kulit kelinci yang belum termanfaatkan. Beberapa keinginan yang
ingin diwujudkan Pak Bambang adalah peternakan ini tidak hanya menjual
kelinci hidup atau berupa daging saja, melainkan ingin mengembangkan
pada pengolahan produk akhir. Misalnya saja daging kelinci yang dapat
dibuat seperti abon kelinci, nugget kelinci, sosis kelinci atau
jenis-jenis makanan lain yang berbahan daging kelinci. Selain itu
melihat dalam sehari-hari ketika menjual daging kelinci, ketika selesai
memotong kelinci kulitnya yang hanya dibuang begitu saja, tampaknya
sangat disayangkan. Kemudian timbul ide bagaimana untuk memanfatkan dan
mengolah kulit kelinci tersebut hingga bernilai ekonomis seperti
pembuatan samak kulit kelinci, topi yang terbuat dari kulit kelinci,
gantungan kunci yang terbuat dari ekor kelinci dan lainnya. Kemudian
yang patut kita saluti adalah keinginannya untuk membuat taman wisata
kelinci dimana terdapat lahan yang dibuat untuk menampilkan
kelinci-kelinci hias yang dibuat sedemikian rupa kelinci tersebut
diumbar di taman tersebut. Pengolahan kotoran ternak yaitu dengan
memanfaatkan bio starter untuk dijadikan pupuk organic atau pupuk
bokhasi.
Ras kelinci
yang dikembangkan di peternakan ini antara lain; kelinci lokal, Angora,
Chinchilla, Lyon, Lop, Dutch, Satin, New Zealand White, Rex dan
persilangan lainnya. Selain itu di peternakan ini juga ada marmut dan
hamster. Untuk pertanyaan atau info harga kelinci potong, kelinci hias
dapat menghubungi Pak Bambang Irawan di nomor (0341) 597320.
Sumber:http://gunungsaribatu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar