Maduratani, Jakarta- Sebagai negara maritim, Indonesia dinilai
belum mampu mendayagunakan sumber daya laut secara optimal. Tantangan yang
datang dari laut ini bukan hanya merupakan tantangan terhadap pemerintah,
tetapi juga harus dihadapi oleh dunia usaha.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perikanan dan Kelautan, Yugi Prayanto, kepada SP,
Rabu (16/1), mengatakan, nilai potensi yang hilang bisa mencapai Rp 10-20
triliun per tahun. “Indonesia harus lebih memanfaatkan potensi yang ada, jangan
biarkan nilai potensi yang mencapai Rp 10-20 triliun hilang begitu saja,” kata
dia.
Yugi juga mengatakan, jika Indonesia serius menggarap sektor perikanan dan
kelautan, maka diperkirakan Indonesia bisa menjadi produsen nomor satu di
dunia. Pasalnya, Tiongkok yang memiliki luas perairan lebih kecil dari
Indonesia saja sekarang menjadi produsen terbesar di dunia. Sementara Indonesia
hanya mampu berada di posisi ke tujuh dunia.
Dilihat dari sisi business dan ekonomi, kontribusi industri perikanan
Indonesia juga masih kecil. Pada tahun 2011 ekspor ikan Indonesia baru mencapai
US$ 3,34 miliar dengan luas perairan 5,88 juta kilo meter persegi. Angka ekspor
dalam tahun 2012 diperkirakan naik menjadi sekitar US$ 5 miliar dengan produksi
12 juta ton.
Menurut Yugi, sektor kelautan masih belum mendapat perhatian dari para
investor. Dengan masih besarnya pangsa investasi di darat, maka
diperlukan upaya keras untuk menarik para investor terjun ke investasi
maritim.
“Kita perlu mengembangkan sumber daya kelautan melalui investasi yang
bersifat terpadu atau integrated investment. Ini dikarenakan permasalahan
perikanan mempunyai spektrum yang luas. Secara vertikal dari hulu ke hilir,
kita menghadapi permasalahan investasi dalam hal kemampuan penangkapan,
penyimpanan dan pengawetan, permasalahan pengemasan, pengangkutan sampai pada
pemasaran,” papar Yugi.
Untuk memperbaiki keadaan dan meningkatkan efektivitas, kata Yugi, pemerintah
harus lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang ada di lapangan terutama
bagi nelayan, misalnya dengan pengadaan cold storage dan Depo BBM di
sekitar wilayah nelayan karena sering terjadi kelangkaan.
“Pemerintah juga harus terus melakukan upaya-upaya
dalam peningkatan nilai tambah produk-produk keluatan dan perikanan, termasuk
serius menyediakan infrastruktur yang dapat menarik investasi,” tandas Yugi.
[E-8]
Sumber:suarapembaruan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar