Add caption |
Berjualan rujak cingur pada kegiatan
Festival Jajanan Bango yang diadakan di Lapangan Rampal, Kota Malang, Ny Nur
Aini yang terkenal dengan rujak cingur Sedati, Sidoarjo, membawa bekal cobek
raksasa. Cobek itu memiliki diameter satu meter.
"Dengan cobek sebesar ini, bumbu rujak cingur yang dihasilkan bisa untuk 100 porsi," cerita Nur Aini, penjaja kuliner
kepada Surya Online, Minggu (17/3/2013).
Katanya, sejak pagi hingga sore, ia sudah membuat bumbu rujak
cingur sebanyak lima kali. Jadi, ia sudah menghasilkan 500 porsi bumbu rujak
cingur. Menurut Nur Aini yang berjualan di Jalan Raya Sedati Gede, Juanda,
Kabupaten Sidoarjo, khusus untuk kegiatan, andalannya adalah cobek raksasa itu."Dengan cobek sebesar ini, bumbu rujak cingur yang dihasilkan bisa untuk 100 porsi," cerita Nur Aini, penjaja kuliner
kepada Surya Online, Minggu (17/3/2013).
"Sekali bikin, bisa dapat banyak. Kalau di Sidoarjo, cobek yang saya pakai paling besar diameternya 80 cm," tukasnya. Untuk membuat bumbu rujak cingur 100 porsi, dimasukkan kacang sekitar 3 kg, petis matang tujuh macam sebanyak 3 kg, pisang klutuk, kacang mente dan air putih. Semua dicampur dicobek raksasa itu dan mulai digerus dengan uleg'an. Cara dia membuat bumbu dalam jumlah banyak sudah menjadi tontonan tersendiri bagi penikmat kuliner.
Untuk isi rujaknya, pekerjanya sudah menyiapkan sayur dan buah. Tinggal ia memberi bumbunya. Stan rujak ini merupakan satu diantara kuliner yang didatangi warga di festival itu.
Stan-stand kuliner lainnya juga ramai dikunjungi pembeli. Mereka tak hanya dari Malang, tapi juga penjaja kuliner dari daerah lain yang masuk dalam 10 legenda kuliner nusantara, seperti Sate Jamur Cak Oney Jogjakarta, Mie Koclok Cirebon, Mie Aceh Sabang-Jakarta dll.
Puja, pecinta kuliner asal Sawojajar, Malang mengatakan sudah dua kali mendatangi kegiatan Festival Jajanan Bango di Malang. "Pas diadakan di Universitas Negeri Malang (UM) 2011, saya juga kesana dengan anak istri. Tahu ada lagi di Rampal, saya datangi lagi," cerita Puja. Di tangannya ada piring berisi nasi, sup buntut goreng. Ia datang bersama istri dan anaknya. "Sengaja hari ini istri saya tidak masak. Kami jajan di sini," kata pria berkacamata ini.
Sebelum menyantap nasi sup buntut goreng, ia sudah menikmati Tengkleng Klewer Ibu Edy dari Solo. Waduh..."Porsinya dikit-dikit, Mbak. Jadi saya nyari lagi, ha..ha," jawabnya disambung tawa.
Katanya, sasaran mendatangi tempat itu adalah mencari makanan yang tidak ada di Malang. Istrinya yang duduk di sebelahnya dengan menggendong anaknya yang berusia tiga tahun kemudian pamit membeli Mie Aceh yang ramai dikunjungi pembeli. Suasana di festival itu dikonsep nyaman.
Pembeli usai ke penjaja kuliner, sudah disiapkan banyak tempat duduk dan meja untuk menyantapnya. Di dekat meja santap, sudah ada stand untuk mendapatkan air putih. Juga ada wastafel buat cuci tangan.
Kipas angin ukuran besar disiapkan di sejumlah titik sehingga penyantap kuliner dijamin tidak gerah. Untuk pilihan kulinernya, beraneka ragam. Penjaja kuliner dari Malang antara lain Pecel Glintung Bu Yatirah, Rawon Tessy, Semur Brintik Bu Napsiah, Kober Mie Setan, Bakso President dll. Sumber: surabaya.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar